Laman

Sabtu, 14 Februari 2009

Laba Maksi dari Rumah Mini

Rumah adalah kebutuhan primer. Karenanya, permintaan rumah seperti tak ada habisnya. Tapi tahukah Anda, yang membludak bukan hanya permintaan rumah betulan. Peminat rumah mini untuk mainan anak-anak juga bejibun. Tak percaya?

Ario Wisnhu adalah salah satu orang yang telah mencecap laba maksi dari bisnis rumah-rumahan mini. Ia bergelut di bisnis rumah-rumahan dengan membidik pasar anak-anak alias children playhouse. Singkat kata, di bawah bendera My House, Ario membuat rumah ukuran mini sebagai sarana bermain anak-anak usia dua hingga 15 tahun.

Ide membuat usaha ini muncul di benak Ario berdasar pengalamannya sewaktu kecil. Sejatinya, anak-anak memang suka bermain rumah rumahan. Suatu saat, ia secara tidak sengaja menemukan ide membikin rumah-rumahan.

Semua berawal pada 2004. Bermodal Rp 50 juta, Ario mencoba peruntungan membuat 20 produk perdana rumah mini. Saat itu, ia memasarkan produknya lewat sebuah pameran di sebuah mal di Jakarta Selatan. Ternyata pasar menyambut antusias.

Pada pekan pertama pameran saja, 20 produk awalnya langsung ludes. Padahal, ia membanderol harganya lumayan mahal: Rp 7,5 juta dan Rp 12 juta per unit. Harga Rp 7,5 juta untuk ukuran 180 centimeter (cm) x 180 cm x 180 cm. Harga Rp 12 juta untuk ukuran 200 cm x 240 cm x 250 cm.

Dari dagangan pertamanya saat itu, Ario mampu mendulang omzet total Rp 200 juta. Ini empat kali lipat dari modal awalnya.

Tak sampai 10 pemain

Ario yakin, bisnis ini sangat prospektif. Apalagi, pemain dalam bisnis ini dapat dihitung jari. "Pemainnya tidak sampai 10 orang. Itu pun kami saling mengenal dan kerjasama, karena produk turunan kita beda spesifikasi," ungkap Ario.

Keunikan rumah mini menjadi kunci sukses bisnis Ario. Rumah mininya tidak seperti rumah-rumahan boneka yang tidak bisa ditempati. Sebaliknya, anak dapat bermain dan tinggal di dalamnya. Keunggulan lain, rumah-rumahan itu bisa dibongkar pasang, sehingga mudah dipindahkan sesuai keinginan pemilik.

Ario menggunakan perpaduan antara kayu, triplek, dan genting sungguhan untuk atap rumah mini itu. Jadi, rumah rumahan bikinan Ario bisa awet sampai 10 tahun. "Peminatnya banyak karena rumahrumahan ini mendidik anak untuk kreatif dan mandiri, yakni dengan mendekorasi isi dalam rumah," beber Ario.

Agar tak kerepotan mengerjakan pesanan rumah mini tersebut, Ario merekrut tiga hingga 10 tenaga lepas. "Tergantung kebutuhan. Bila pesanan banyak, saya pakai banyak pekerja," ajar Ario.

Supaya pasarnya kian luas, Ario mencoba berbagai trik pemasaran. Jika awalnya cuma mengandalkan pameran-pameran, ia lantas mengunakan konsep pemasaran di dunia maya alias melalui internet. Strateginya ini berhasil. Selain pembeli individual; taman kanak-kanak, restoran, mal, apartemen, hotel, dar perumahan juga memesar banyak produk Ario.

Kini, bisnis Ario terbilang sukses. la mendapat banyat pesanan dari pelbagai kota mulai Aceh, Medan, Jambi, Yogyakarta, Bali, hingga Ambon. Bahkan, banyak pembeli dari luar negeri seperti Jerman, Belanda, dan Jepang.

Tiap ada pesanan, Aric mengharuskan konsumer membayar 50 persen uang muka. D luar pesanan khusus, dengar omzet berkisar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta per bulan kini Ario berhasil meraup laba bersih hingga 20 persen dari penjualan sekitar 5 hingga 10 unit per bulan. (Dessy Rosalina/Kontan)

Tidak ada komentar: